Drama Di Bawah Menara Eiffel

Desember 04, 2022



Piala dunia sedang berlangsung dan beda dengan yang dulu-dulu, openingnya tidak terlalu heboh. Kalem aja gitu.

Nah, yang ramai di Indonesia adalah pesertanya sekaligus netyjen. Apalagi yang bikin heboh karena ada kampanye-kampanye pelangi. 

Looking back, saya dulu di Paris juga ada satu dua kenalan yang memang berkiblat ke pelangi. Saya nggak terlalu banyak bergaul.  Tapi memang saya punya satu dua cerita 

Btw ini hanya share pengalaman yang memang apa adanya. Supaya pembaca bisa mengambil hikmahnya (terutama bagi yang baru sampai di Paris atau negara Eropa Barat).

Jadi ceritanya ada seorang cowok kawan Indonesia, sebutlah namanya Thor, yang baru tiba di Paris. Ya dia kan baru pertama masih belum berdiri tegak sepenuh hati disana.  Jadi sebelum benar-benar fix punya logement yang aman tenteram, biasanya model-model begini akan nginap sana-sini dulu di apartemen kawan-kawan.

Kebetulan jatuhnya nginap di apartemen seorang kenalan cowok yang dia tahu.

Ketika saya dengar dia nginap di apartemen sebutlah namanya Loki, agak-agak merasa aneh. Bukan apa-apa karena rumor yang beredar dia adalah pelangi pelangi begitu. Tapi ya positive thinking sajalah.

Nah, suatu pagi ketika saya lagi ngibrit mengejar kereta RER menuju kampus indah tercinta, tiba-tiba HP jadul saya berbunyi.  Di ujung sana ada suara Thor, yang biasanya tenang, tapi kedengarannya stress. Usut-punya usut, dia baru tahu kalau Loki itu pelangi. Lalu teman seapartemennya Loki juga tinggal disana.  

Awalnya Thor nggak ngeh sampai malam hari tiba dan ada "drama".  And the rest is history.

Thor, masih shock berat, langsung menghubungi saya, karena kami dulu sempat  berkomunikasi urusan sekolah. Waduh, saya antara mau ngikik dan kasihan sebetulnya. Akhirnya saya minta agar dia, saya, dan satu kawan cowok lagi, sebutlah namanya Heimdall (ini kenapa karakter Norse Myth semua??) kita ber-rendez-vous di bawah menara Eiffel (milih ini karena buat orang baru lebih gampang dicari wkwk).

Saya pun mengontak Heimdall, yang langsung mau bergerak cepat setelah tahu duduk perkara.

Siang hari, selepas pulang dari kampus, saya naik metro ke Eiffel. Saya pilih tempat yang mudah ditemukan buat Thor. Nggak berapa lama, Thor datang dengan muka nggak karuan. Sepertinya nggak pakai mandi langsung ngibrit kemari. 

Kami duduk di dekat carrousel, belum berapa menit langsung mengalir laporan pandangan mata Thor. Saya agak setop-setop  sedikit, sih, karena nggak kepingin bahas terlalu detail wkwk.

"Ya, lo belum tahu kalau dia...?" 

"Belum, tauuuuu..." katanya sebal. "Tahu gitu..."

Thor cerita pagi itu dia buru-buru pamit dari apartemen Loki tanpa ba-bi-bu.

Sebetulnya Thor ini orangnya pintar banget, dan model sangat tenang. Waktu di Jakarta di kumpulan genks dia yang paling kalem. Tipe baik dan polos, menurut saya. Makanya saya garuk-garuk helm juga, masa model yang begini tiba-tiba datang ke Paris langsung ketemu realita (culture shock) amat keras? Siapa yang kasih rekomendasi begini coba...😖

Heimdall datang belakangan. Cengar-cengir. Tipe Heimdall saja yang ala ladies man dulu suka jadi korban diledek oleh guru Prancis native kita dulu. Katanya model dia potensial disukai para pelangi di Paris, tapi alhamdulillah sampai sekarang pulang ke Indonesia, Heimdall dengan gayanya yang khas itu, masih straight saja. Sudah punya istri dan anak malah. Saya  termasuk suka ngeledek dia juga di masa lalu (ngaku dosa), tapi sudah berhenti dan setelah melihat realita di Paris, saya menyesal dan nggak mau melakukan itu lagi. Maaf ya, Heimdall.

Kami bertiga ngobrol-ngobrol di bawah menara Eiffel tentang kasus Thor-Loki. Ujung-ujung jadi ketawa nggak habis-habis. Termasuk Thor, yang mengakui keluguan dan ke-apes-annya. Dia sudah mulai tenang dan santai. Selanjutnya saya dan Heimdall mencari solusi untuk Thor, supaya dia nggak menggelandang tapi juga nggak masuk kandang yang salah.

Ah, kebetulan kami ingat ada kenalan monsieur Balder (temennya Thor-tentu saja bukan nama asli). Seorang bapack-bapack yang sedang mengambil doktorat di Paris. Dia kebetulan juga kenal sama Thor, sayang Thor sudah lost contact. Saya dan kawan-kawan sekongkolan di Paris tentu tidak menyarankan Thor tinggal dengan seseorang dengan track record yang akan menambah culture shock.

Setelah menjelaskan kondisi dan situasi kepada monsieur Balder, problem solved. Thor akan ditransfer ke apartemen beliau. 

Come to think of it, setiap mengingat bawah menara Eiffel salah satu kenangan yang saya ingat adalah saat ada kasus Thor ini. Sama sekali jauh dari romantis. Kalau akibat keromantisan, mungkin iya kali ya.

Sama seperti Heimdall, Thor sekarang sudah berkeluarga dengan anak istri. Mungkin dia sudah lupa peristiwa ini dulu. Kekonyolan di bawah menara Eiffel.

Tapi itu gunanya jaringan pertemanan satu negara. Saya juga akan melakukan hal yang sama bila terdampar di negeri orang dan mengalami kasus seperti itu. Tentu akan mencari orang paling memahami kondisi dan situasi di tengah culture shock. Terutama bagi kita di Indonesia yang hal-hal semacam itu tidak diekspos terlalu besar. Kebayang nggak kalau Thor larinya ke orang Prancis juga. Kecuali pernah kenal orang Indonesia, bagaimana mau mengerti mereka. Nanti malah dianggap phobia fafifu wasweswos.

Melihat piala dunia sekarang saya melihat propaganda pelangi yang semakin masif. Saya tidak pernah terlibat pembicaraan terlalu banyak dengan para pendukung maupun pelaku. Bagi saya semua sudah lama tidak ada gunanya. Karena jalan yang kita tempuh toh berbeda. Lebih baik sama-sama paham. 

Hal paling sulit di Paris, ketika menjadi minoritas, adalah saat kamu sampai di suatu titik dimana kamu harus memegang erat apa yang kamu percayai, apapun kata orang.  Dianggap  begini begitulah. Harus adem dalam hati... je m'en fous. Tentu saja inginnya percaya pada sesuatu yang membuat hati damai yah. Seperti dulu saat melihat menara Eiffel dari bawah kakinya, ia tinggi menjuntai di langit luas seolah sendirian, sementara di bawah penuh dengan manusia yang padat merayap. Kontras dan kebalikan yang indah, layak disyukuri.

===

Apakah kamu punya cerita juga keterkejutan saat baru datang dari tempat yang jauh?


Gambar : JackieLou DL untuk pixabay.com




 




You Might Also Like

10 comments

  1. Culture shock yg begitu aku ga pernah sih mba. Soalnya jujur aja si pelangi2 ini banyaaaaaak aku temuin di kantor lama, ga usah jauh2 ke luar 🤣🤣. Awalnya kaget, sampe lama2 jadi biasa. Tapi sampe kapanpun aku ga akan mendukung mereka. Sebatas berteman aja. Dimusuhin juga ga mungkin, lah kebanyakan bos ku 🤣🤣🤣 . Aku sih yaaa maunya pada respect lah soal begini. Kayak yg di piala dunia, lah udah tau Qatar negara dengan mayoritas muslim, ikutin aja aturan negaranya. Ngapain pada nyindir2 pose pake tutup mulut segala. Mending kalo menang 🤭. Toh ntr kalo udh balik ke negara masing2 terserah deh mau gimana 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya disini juga so pasti ada mba. Hahaha susah kalau bos mba. Piala dunia memang ajang drama ya. Sayang padahal kesempatan untuk belajar tentang keunikan kultur lain. Bukan memaksakan semua kultur harus sama.

      Hapus
  2. Aku dari dulu nggak pernah ngikutin Piala Dunia. Jadi ngak tahu informasi yang beredar sekarang. Even lagu kebanggaan PilDun cuma tahu yang waka-waka aja 😅... Tapi kalau soal 'Pelangi' Adaa.. zaman SMA, sampai sekarang di tempat kuliah. Ada beberapa yang ngasih statement jujur ke aku kalau mereka pelangi. Reaksiku sih paling "Ouhh yaudah, nggak kaget juga.." Karena aku dari dulu mencoba buat "Aku, aku, kamu, kamu..." Ada juga mereka cerita tentang perasaan yang mereka tahan.. Aku yang tipe perasa kadang ngedengernya kaya yang, gimana ya aku bilangnya... Miris tapi lebih ke Iba(?) Even ada yang cerita kalau mereka itu tahu kalau 'kondisi dirinya bukan suatu yang wajar' yang kalau dipaksa untuk melakukan hal 'wajar' perasaannya nggak disitu. kaya ngebohongin diri sendiri...

    Aku yang udah ngedenger cerita begitu pasti bingung mau respon apa. Jadi, paling cuma tak dengerin aja sambil minum Es Teh.. 😂 Soalnya selama yang aku percaya kalau 'Hati manusia dalemnya lebih kompleks' Jadi aku ndak bisa kaya yang ngasih statement standar aku ke mereka 🙃. Jadi paling cuma tak dengerin aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya mas Bayu nggak bisa lepas dari es teh ya....hahaha. Sama aku juga kalau ada orang curhat pasti harus ada yang diminum atau dimakan....Apa dengarkan curhat itu butuh banyak energi kah wkwk...

      Hapus
  3. kalau aku jadi mba Phebie dan jadi temennya si Thor juga, mungkin akan garuk garuk kepala yang nggak gatel juga mbak.
    model pelangi kayak gini kalau udah diluar ruangan kadang nggak begitu nampak gelagatnya, ada yang melambai tapi straight aja, tapi yang lurus lurus keliatannya ehh malah pelangi

    aku sendiri di lingkunganku juga ada yang begini, tapi biarin aja, daripada aku ikut ngatur dan kena semprot :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal ga ada ketombe atau kutu 🤣

      Manusia makin kemari makin sulit ditebak orientasinya yah.

      Hapus
  4. Pungky1/12/2023

    Ya ampun, ada-ada aja dramanya, kebayang Thor shock berat pas tau :(. Saya juga punya pendapat serupa mbak, semakin ke sini semakin masif, seolah semua pihak harus menerima dan mendukung...balik lagi ke prinsip, to each their own...Berpegang teguh pada apa yang kita yakini makin menjadi tantangan besar jaman sekarang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan shock lagi 😅 namanya juga temen ndiri. Dahlah.

      Betul tantangannya besar sekali.

      Hapus
  5. Asik juga nih mbak cerita tentang culture shock-nya...
    Memang pd akhirnya diri harus bersiap menghadapi segala kemungkinan bila bakal menetap di tempat yang baru. Apalagi ke negeri baru...

    Salam dari Sukabumi,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyaak sekali kemungkinan memang. Kadang-kadang yang muncul adalah yang belum tentu kita sudah siap. Terima kasih sudah berkunjung, mas. Salam.

      Hapus

Tiada kesan tanpa pesan, mari tinggalkan jejakmu di sini!^^ (komentar akan di moderasi dulu)