Jadi Langsing di Prancis

Oktober 30, 2019


Banyak orang bilang bahwa cewek Prancis itu langsing-langsing. Nah. Kenapa, ya bisa gitu?

Memang ada sebabnya.

Saya mengalaminya sendiri. Mau tahu, nggak kenapa-kenapanya? Ternyata bisa kita contoh, kalau mau, ya.

Dipaksa Jalan Kaki

Jadi saya itu ceritanya nggak gemuk-gemuk amat, masih ambang batas rata-ratalah kalau mau dihitung pakai metriks berat ideal. Cuma ya nggak bisa dibilang kurus kayak model juga.

Begitu tiba di negeri Prancis, Paris, sebagai kota pertama (dari Indonesia tujuan airport utamanya selalu Charles de Gaulle), harus menelan kenyataan bawa saya benar-benar terpaksa memanfaatkan kaki saya secara "penuh".

Kalau di Jakarta kaki ini terbiasa di"manja". Paling banter jalan sebentar tunjuk jari, naik bus. Acungkan tangan, ada ojek (dulu belum ada ojol). Atau level naik kendaraan. Akhirnya musti cari olahraga yang memaksa untuk menggerakkan kaki. Saya itu kalau jalan kaki paling males di gym. Lebih suka yang gratisan, bisa cuci mata pula wkwkwk.

Tetap saja, jalan kakinya kan pas olah raga doank, ya?

Saat di Paris, kemana-mana saya banyakan jalan kaki. Mulai dari keluar apartemen sampai stasiun Metro-atau halte bus. Banyakan pakai Metro sih, (maklum pencinta kereta hahaha). Jarak sambung menyambung antar lorong metro itu lumayan juga kalau keseringan. Apalagi kalau stasiunnya gede macam Gare du Nord, Gare de l'Est, Republique, dll.

Intinya adalah kita dikondisikan jalan terus. Kardio melulu.

Ketika saya di kota kecil, program pengurusan badan jauh lebih hebat lagi. Apalagi saat memutuskan untuk tinggal di wilayah yang agak jauh posisinya dari Universitas. Orang yang tinggal disana saja milih untuk naik bus. Tapi bus disana nggak kayak di Indonesia-dimana- dengan jempol sakti saja udah berhenti- orang harus sabar menunggu lamaaa. Jadinya saya pilih jalan kaki saja, dengan jarak lumayan banget. Nunggu di shelter kedinginan juga, sih hahaha. Enakan jalan, badan jadi panas.

Kebayanglah apa hasilnya setelah saya hampir tiap hari jalan kaki pulang pergi selama berbulan-bulan?

Saat kumpul-kumpul dengan komunitas Indonesia yang lama nggak jumpa langsung, ramai dikomentarin,

"Kurus banget sekarang?"

"Badan tuh harusnya gini, nih."

Dan mulai berseliweran nada-nada jealous. Ada juga yang nyangka saya lagi stress. Hahaha. Buset. Kenapa coba kesannya mengecil = stress. Kawan Perancis sendiri bilang wajah saya makin seger, kebanyakan berjemur. Kalau mereka semua tahu rute saya setiap hari, pasti dikira kurang kerjaan atau sobat misqueen wkwkwk..

Padahal saya menikmati benar berjalan kaki disana. Menghirup udara luar segar. Apalagi pas musim semi, kaki bisa belok masuk ke wilayah yang banyak taman dan bunganya. Saat musim gugur bisa menyepaki daun-daun berguguran...

Bagaimana saat musim dingin? Kalau cuaca masih memungkinkan, ya, nekad aja jalan. Paling beberapa kali sial tergelincir karena jalan licin kena salju cair. Tapi imbalannya, badan jadi hangat. Itu nggak terbayar.

Manfaat Lain Rutin Jalan Kaki

Terbiasa jalan kaki juga membuat segala urusan jadi mudah. Jika terjadi pemogokan (di Paris serta Prancis sering kejadian tuh), kita bisa mengira-ngira harus jalan kaki sampai stasiun mana. Biasanya, sih, nggak semua transportasi publik mogok. Mereka tahu diri. Mogoknya paling di beberapa wilayah saja. Meski merepotkan, nggak membuat masyarakat jadi benar-benar kelimpungan.

Saat pemogokan di Paris saya banyak urusan penting-penting. Akhirnya, ya, terpaksa jalan kaki saja dari ujung ke ujung menuju stasiun yang Metronya jalan. No need to panic. Malah saya baru sadar kota Paris itu nggak besar-besar amat, setelah berjalan kaki mengelilingi separuh kota. Kalau nggak ada kasus itu mungkin saya masih beranggapan sebaliknya. Masih bandingin sama gedenya Jakartalah! Hahaha...

Sebetulnya ada alternatif lain transportasi, yaitu sepeda. Namun melihat banyaknya kasus pencurian sepeda, keribetan menjaganya, merawat, plus membelinya, saya sudah malas duluan. Murahan pakai kaki hahaha.

Eh, tapi kalau di Paris atau kota yang ada tempat penyewaan sepeda otomatis lain cerita, ya. Saya pernah punya pengalaman nggak enak dengan sepeda otomatis.

Makanan Yang Tersedia

Bagaimana dengan makanan?

Ah, makanannya juga nggak ada itu yang namanya santan dan jerohan. Jerohan banyakan dibuang karena dianggap nggak sehat. Cara makan orang Prancis itu sedikit-sedikit. Nggak langsung dijembreng sebanyak kita makan di resto Padang. Makan juga bertahap. Kalau di cafe dan resto banyakan ngobrolnya malah, karena makan itu sebagai bagian dari proses sosialisasi.

Saat masih punya kartu sakti bisa makan di Resto U (resto universitas), saya bisa menikmati menunya yang sehat dan seimbang. dengan budget minimal. Ada salad, daging-dagingan, buah, yoghurt, kentang (goreng dan pure), dll. Enggak ada itu yang namanya burger, hot dog, dll. Btw. orang Prancis yang saya kenal sangat proud dengan kuliner menu mereka. Kamu jangan coba-coba, ya, membandingkan menu mereka dengan menu ala Amerika.

Untuk makan sehari-hari di rumah saya karena perlu melihat urusan halal juga, suka mengolah bahan makanan mengandung ikan dan paduan sayur mayur. Nggak terlalu banyak menggunakan produk keju walaupun di negeri ratusan keju.

Nasi sebagai makanan pokok, saya bisa pilih pakai atau enggak. Fleksibel, aja. Yang sering saya beli atau buat itu model sandwich yang dibuat dari roti baguette dicampur irisan ikan segar, surimi, dikasih daun selada dan olesan mayonnaise atau minyak zaitun (bisa bikin sendiri kalau mau). Yumss.....Kalau siang hari makan itu di kursi taman sambil ngeliatin orang lewat...

Kasus Nona Asal Prancis

Saya punya kenalan cewek Prancis - sekaligus mentor- yang sempat tinggal di Indonesia. Saat jumpa pertama dia itu bak tokoh yang muncul dari buku-buku cerita. Mata biru pucat, rambut ikal berwarna madu, tubuh semampai mungil.

Setelah lama tinggal di Jakarta dan Indonesia, dia tampaknya jadi terbiasa dengan makanan setempat yang mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein hewani, dan glukosa. Apalagi dia tinggal di apartemen di daerah super sibuk, berpolusi, sehingga kebiasaan berjalan kaki banyak ditinggalkan. Bisa ditebak apa yang terjadi kemudian pada figurnya, ya.

Dua tahun kemudian saya jumpa dia lagi di Prancis. Tugasnya di Indonesia sudah selesai dan dia sudah setahun lebih pulang ke tanah air. Sosoknya kembali langsing dan segar seperti saat pertama kami bertemu. Syukurlah...

Kemungkinan langsing di Prancis > di Indonesia?

Bukan berarti kalau pengin langsing dan sehat kita harus berimigrasi ke negara maju. Nggaklah. Tergantung kita sendiri dan negaranya juga hahaha. Kebetulan saja kehidupan disana dan budaya makannya lebih mendukung untuk itu. Mereka yang pola makannya jelek disana juga banyak, kok.

Intinya kalau memang mau sehat dan langsing, jaga makanan dan banyakin olahraga. Nggak usah olahraga yang berat-berat sampai butuh boot camp. Jalan kaki sebetulnya juga cukup, kok. Untuk pola makan banyakin sayur, buah, dan hindari makanan diproses.

=======

Apakah kamu juga suka jalan kaki dan memilih makanan sehat bila mengunjungi sebuah tempat baru?

Gambar fitur : Joriquier dari Pixabay

You Might Also Like

6 comments

  1. Jalan kaki seperti yg diceritakan di post ini sepertinya enggak sanggup. Makanan sehat pun pas edisi tobat aja. Hehe. Kalau di daerah baru tentu menyesuaikan. Tinggal dan liburan tentu berbeda. Saya sepakat, hidup sehat itu butuh niat dan kemauan saja kok.

    BalasHapus
  2. Hehe iya memang semua kembali ke niat dan kemauan😄

    BalasHapus
  3. Kurusan dibilang stress, gemukan dibilang stress juga hihi... Aku termasuk yang malas jalan kaki. Kalau cuaca bagus suka sepedaan tapi kalau mulai masuk winter, sudahlah.. kemana-mana naik mobil meskipun musti bela-belain ngerok es di kaca mobil 😅

    BalasHapus
  4. Iya kalau winter tergantung cuaca, ya. Dulu pernah ngerasain di kota terjebak macet saat pakai mobil. Saking kapoknya jadi balik jalan kaki lagi hahaha

    BalasHapus
  5. Hidup jalan kaki, badan sehat hati senang

    BalasHapus

Tiada kesan tanpa pesan, mari tinggalkan jejakmu di sini!^^ (komentar akan di moderasi dulu)