Napak Tilas Da Vinci Code : Misteri Dua Piramida Louvre

Juni 24, 2020


Kamu penggemar karya-karya Dan Brown? Bila ya, mungkin akan sepaham bahwa one of his greatest masterpiece adalah The Da Vinci Code. Novel mega best-seller ini merupakan perpaduan genre misteri, thriller, detektif, dan sejarah.

Robert Langdon, sang tokoh protagonis terlibat dalam sebuah konspirasi pembunuhan seorang kurator terkenal di Paris. Cerita pun berkembang menjadi sebuah pencarian sejarah tokoh penting, yang kebenarannya akan menggegerkan dunia.

Walaupun melibatkan tiga negara (Prancis, Inggris, dan Italia), lokasi yang memorable tentu saja adalah kota Paris, karena banyak tempat-tempat bersejarah yang jadi background novel ini. Apalagi setelah kemudian dijadikan film, dengan tokoh utama Tom Hanks.

Di Paris, saya sempat napak tilas lokasi-lokasi di Novel The Da Vinci Code. Sepanjang perjalanan itu saya bisa melihat sendiri mana fiksi mana yang kenyataan.

Ini adalah seri pertama, yaitu seputar Dua Piramida Louvre.

1. Musée du Louvre : Gedung Terpanjang di Eropa

Di suatu sore saat musim panas di Paris, saya sedang punya waktu luang cukup banyak. Berjalan kaki, saya melewati Rue de Rivoli, menuju Musée du Louvre atau Museum Louvre, dengan wajah yang mengajak orang ikut berkomplot! Ada sebuah misteri yang bikin saya penasaran dan ingin saya pecahkan! Tipikal orang yang gampang terbawa suasana.

Saya perlahan memasuki gerbang Palais du Louvre atau Istana Louvre. bersama banyak orang di belakang dan di depan. Saya merogoh saku dan mengenakan earphone yang tersambung di player MP3 jadul saya. Sebuah musik mengalun : Chevalier de Sangreal karya komposer Hans Zimmer.


Halaman Istana Louvre yang sangat luas itu bentuknya terbuka seperti huruf U, beberapa jalan masuk utama bisa dilewati pengunjung dengan bebas. Masuk halaman sana bukan berarti masuk ke museum, ya. Sama saja seperti kamu masuk ke bawah menara Eiffel, gratis tapi bukan berarti bisa naik.

Bangunan istana yang luas itu seperti sebuah benteng yang membentang sangat lebar. Yes, mereka itu termasuk gedung terpanjang di Eropa. Bentuknya seperti melindungi sesuatu, yaitu bangunan paling mencolok di tengah-tengah lapangannya : Pyramide du Louvre.

Pyramide du Louvre (sumber : pixabay-Ian Kelsall)

2. Pyramide du Louvre : Misteri Jumlah Kaca 666

Saya saat itu berada di hadapan Piramida Louvre. Kembali kepada novel Da Vinci Code, disini awal permasalahan novel tersebut dimulai.

Bangunan piramida itu sendiri memang tampak unik bila dibandingkan bangunan istana bergaya Renaissance di belakangnya. Rasanya seperti melihat dua makhluk dari jaman berbeda diletakkan di tempat yang sama. Keduanya seakan meraung tanpa akhir, ingin lebih menunjukkan dominasinya dibanding yang lain.

Tempat ini juga adalah pintu masuk museum Louvre yang paling terkenal. Karena sudah sore, turis yang mengantri nggak begitu banyak. Hm, Kalau saya jadi mereka, nggak mau bersusah payah berbaris sejuta umat di depan Piramida Louvre ini. Karena ada pintu masuk lain yang meskipun nggak begitu terkenal, tapi lebih bisa melenggang masuk tanpa harus kepanasan kena matahari.

Stasiun Palais Royal Musée du Louvre dan pintu masuk alternatif ke Museum Louvre (sumber : wikimedia.org)

Ya, kalau saya betulan ingin masuk ke dalam museum Louvre, lebih suka lewat bawah tanah dengan Metro M1. Turun di stasiun Palais Royal Musée du Louvre, langsung masuk ke pintu Carrousel du Louvre (semacam pusat perbelanjaannya). Nanti akan ada jalan tembus langsung ke museum. Tapi nggak tahu, ya sekarang penjagaannya seketat apa pasca pemboman.

Nah, kalau Robert Langdon memang aslinya akan melalui pintu masuk Piramida Louvre melewati pintu putar besar. Disana dia turun untuk menemukan kasusnya yang termasyhur itu. Berhubung misteri yang ingin saya pecahkan tidak perlu masuk ke dalam museum Louvre, saya tetap berdiri di luar Piramida.

Saya lalu mengitari Piramida Louvre. Teringat bagaimana di buku Da Vinci Code, Robert Langdon membicarakan soal kaca Piramida Louvre ini yang berjumlah 666. Tahu sendirilah angka 666 dianggap angka setan. Padahal kaca yang polanya seperti intan itu jumlahnya lebih banyak, sekitar 675 (ada yang menyebut 673). Hmm...entah bagaimana perasaan para penganut teori konspirasi. Mungkin bakal bilang, ih, nggak seru, ah! Hahaha...

3. L'Hommage à Arago : Petunjuk Menuju Rose Line?

Sambil terus mendengarkan simfoni Chevalier de Sangreal, saya berjalan di seputar halaman luas depan Piramida Louvre. Sebetulnya di sekitaran sini terserak benda yang diikuti oleh Robert Langdon : L'Hommage à Arago atau medali Arago.

Medali Arago (sumber : Tripadvisor.com)

Di akhir cerita Da Vinci Code, medali cakram logam perunggu yang jumlahnya sekitar 135 buah itu menjadi petunjuk akhir bagi Robert Langdon mengenai Rose Line. Yang diikuti oleh sang profesor salah satunya adalah medali yang terpatri di halaman museum Louvre ini.

Medali Arago sendiri aslinya dibuat untuk mengenang François Arago, fisikawan, astronom, matematikawan dan politikus Prancis awal abad 19. Dia memperjuangkan garis meridian 0 untuk dunia yang dimulai dari kota Paris.

Sayangnya meridian Paris ini kemudian kalah berkompetisi dengan meridian Greenwich. Kenangan bahwa di suatu waktu Paris merupakan meridian 0 nya peta-peta para pelaut lama,tetap bisa dilihat dari 135 buah medali yang tertata membelah kota Paris dari titik Selatan ke Utara ini.

Tanda Nord dan Sud (Utara dan Selatan) pada medali Arago (sumber : atlasobscura.com)

Berbentuk kepingan bulat dengan diameter 12 cm, medali-medali itu tersebar lebih dari 8 km di jalanan kota Paris. Sekarang warna medalinya sudah tidak sama lagi di setiap tempat. Yang pasti, nama Arago tetap tampak jelas abadi di atasnya. lengkap bersama tanda petunjuk arah mana kita menghadap, ke Utara atau ke Selatan.

Tanpa novel Da Vinci Code, saksi bisu meridian 0 pertama ini mungkin akan lewat begitu saja di bawah kaki para turis lalu-lalang. Kalau sekarang, sih, sering dicari-cari. Semacam permainan mencari harta karun yang mengasyikkan.

Saya lupa apakah sempat menemukan medali Arago di halaman museum Louvre. Karena, sekali lagi, fokus misteri saya bukan kesana. Eh cie..

Widih ini bikin penasaran pembaca saja, yak. Jadi yang dicari mana, sih?!

4. La Pyramide Inversé : Misteri Lokasi Petunjuk Holy Grail

Ok..ok. Benda yang saya cari sebetulnya adalah La Pyramide Inversée atau Piramida Terbalik. Bangunan berbentuk piramida yang posisinya terbalik ini dianggap kembaran mini dari Piramida Louvre. Semua penggemar Da Vinci Code pasti tahu bahwa Piramida Terbalik adalah lokasi terpenting, klimaks dari pemecahan misteri di novel itu.

Piramida Terbalik dan Piramida kecil dibawahnya (gambar : langdonsworld.com)

Eh, bukannya Piramida Terbalik itu adanya di bawah tanah, tepatnya dalam mal Carrousel du Louvre?

Iya, kalau yang itu saya tahu. Termasuk soal piramida mini di bawahnya. Menurut Robert Langdon, piramida kecil tersebut seperti puncak gunung es dari ruang bawah tanah berbentuk piramida raksasa. Di dalam piramida raksasa tersembunyi itu konon tersimpan Holy Grail yang dicari-cari. Yaitu makam Maria Magdalena.

Tentu saja semua itu fiktif, ya.

Dahulu sebelum The Da Vinci Code populer, para pengunjung nggak terlalu mengacuhkan kedua piramida tersebut. Sekarang jangan tanya, turis-turis yang foto-foto sampai naik-naik ke atas piramida kecil...banyak! Dengan berbagai pose.

Jadi Piramida Terbalik apa yang saya cari? Ehm...mungkin bagi orang lain kedengarannya sepele. Saya penasaran banget mengetahui dimana tempat Robert Langdon (atau Tom Hanks) berlutut saat dia berhasil memecahkan misteri Piramida Terbalik. Soalnya saya sering ke kompleks Istana Louvre dan rasanya nggak ada lapangan kaca yang model begitu, deh.

Bisa dilihat di video ini.


Adegan terakhir film The Da Vinci Code, dengan BGM music "Chevalier de Sangreal "
-yang saya dengarkan sepanjang napak tilas di Louvre ini

Nah, penasaran kan? Dimana posisi tepatnya?

Lho. Memang apa yang akan saya lakukan kalau ketemu?

Yaaaa, mungkin mau bergaya seperti Robert Langdon di film itu hahaha. Ala-ala Knight of Templar.

Jadi semua itu adalah penyebab saya rela habis bolak-balik, muter-muter di sekitar komplek museum Louvre. Tetap saja, si Piramida Terbalik tidak ketemu. Padahal badan sudah terasa rontok, kecapekan.

Beuh...Masa, sih kaca seluas itu nggak ketemu, seperti mencari jarum dalam jerami? Diumpetin dimana coba...

Kalau Robert Langdon sampai berhasil memecahkan misteri Rose Line, masa lokasi Piramida Terbalik saja saya nggak nemu-nemu? Cupu amat...gimana mau bongkar misteri terbesar dunia? Tsk, lebay, ya.

Apa saya harus mengikuti Robert Langdon, mencari garis mawar, Rose Line, yaitu medali Arago? Lha nyari medali yang kecil itu jelas lebih butuh usaha sendiri. Hahaha...

Jadi Dimana Lokasi Sebenarnya?

Terduduk kecapekan di sebuah undakan dekat taman Arc de Triomphe du Carrousel, saya mulai minum air putih dan ngemil cemilan bawaan dari tas, sembari melihat ke sekitar. Angin semilir berhembus mengenai wajah. Sore itu cukup hangat dan suasananya menyenangkan.

Tiba-tiba mata saya terpaku pada sebuah obyek......Place du Carrousel. Sebuah lapangan luas beserta jalan raya yang melewati kompleks Museum Louvre, dari Rue de Rivoli menuju Quai Francois Mitterand.

Di tengah Place du Carrousel ada sebuah taman berbentuk lingkaran.

Tunggu dulu...selama ini saya mencari Piramida Terbalik di daerah pejalan kaki bebas berkeliaran. Bukan di sekitar jalan raya.

Mungkinkah?

Ingatan saya kembali kepada pada bab terakhir buku The Da Vinci Code. Kalau tidak salah ingat, Dan Brown menyinggung nama itu...Carrousel du Louvre, nama pusat perbelanjaan di bawah tanah Museum Louvre.

Saya pun berlari ke arah Place du Carrousel.

Langkah kaki mendadak terhenti di pinggir jalan raya. Lalu lintas saat itu lumayan sibuk. Mustahil saya menyeberang ke bundaran taman itu. Di pinggir taman tidak berdiri satu manusia pun. Dari arah sini yang terlihat hanya kerimbunan tamannya saja. Masa iya saya nekat menghadang mobil lewat dan lompat-lompat di dalam bundaran, sekedar untuk tahu ada apa di tengah-tengahnya? Mau populer mendadak apa mau di persona non grata...?

Pff. Sayangnya saat itu belum ada drone (woy,... kalau ada pun belum tentu boleh terbang disana, kali??)😂

Tapi dugaan saya benar, disanalah letak Piramida Terbalik. Perhatikan peta ini (fyi dulu waktu saya di Paris belum ada google maps juga, sayangnya) :

Posisi Piramida Terbalik sekarang terpecahkan di Google Map

Ya amplop, beda banget sama yang digambarkan oleh sutradara Ron Howard dan Tom Hanks di film The Da Vinci Code!

Silahkan kalian perhatikan detailnya di kedua foto berikut ini...

Posisi atas Piramida Terbalik di film...(sumber : film The Da Vinci Code)

Posisi atas sesungguhnya Piramida Terbalik (sumber : wikimedia.org)


Dasar film.😱

Bisa saja mempermudah kondisi di lapangan.😂

Lucunya adegan terakhir saya juga nggak lihat Tom Hanks bersusah payah menyebrang jalan atau sampai tersangkut-sangkut melompati pagar tanaman menuju bagian atas Piramida Terbalik. Tapi kebayang nggak kalau itu kenyataan? 😓 Pasti sudah habis di tonton orang banyak di sekeliling bundaran. Ini orang lagi ngapain jongkok di tengah-tengah? Ditambah daerah kompleks Museum Louvre ini dijaga dan jarang sekali sepi.

OK mission accomplished. 😎

Puas, tersenyum-senyum sendiri sambil berjalan pulang. Begini, toh rasanya memecahkan misteri dunia level ecek-ecek.😂 Fyi, saya melakukan napak tilas ini jauuuh sebelum tur-tur napak tilas Da Vinci Code marak di pelosok kota Paris. Jadi not bad lah (menghibur diri habis-habisan).

Kamu tertarik mencoba napak tilas kisah misteri?

Sampai jumpa di seri Napak Tilas Da Vinci Code selanjutnya!

Gambar fitur : pixabay.com taken by Jibs Breizh

You Might Also Like

17 comments

  1. Wow 🤩 🤩🤩🤩
    Fantastic Mbak Phebie. 🤩
    Detail sekali. Baru kali ini baca napak tilas Da Vinci Code semenyenangkan ini. Terima kasih untuk tulisannya. Berarti saya gak perlu panduan tur-tur. Kalau ada kesempatan berkunjung, panduan saya cukup lewat tulisan Mbak Phebie 💕💕
    Mohon izin save tulisannya ya Mbak 🙏

    Dan Brown ini juga detail banget. Antara fiksi dan realita sulit ditebak. Mesti datang langsung ke lokasi barulah bisa bedain mana yg nyata dan tidak. Saya kalau baca karya Dan Brown byk googling saking minim pengetahuan 😅

    Selain Dan Brown ada penulis lain yg setipe gak mbak?
    Ku berharap Mbak Phebie napak tilas ke semua lokasi karya-karya Dan Brown. 😃

    BalasHapus
  2. Terima kasih. Ya silahkan semoga berguna.
    Hm, penulis fiksi lain untuk sejarah yang seseru DB belum tahu lagi. Paling baca-baca biografi/otobiografi yang mirip roman sejarah :D.

    Haha amin....

    BalasHapus
  3. Terima kasih, Mbak. Insha Allah pasti berguna. Saya penasaran pengen napak tilas juga 😂
    Saya juga belum menemukan yg seseru DB. Kalau ada dan sudah menemukan mohon kabari Mbak Phebie. 😇

    BalasHapus
  4. Hastira6/25/2020

    wow, menakjubkan, indah semua, memang suka ay kalau jalan2 itu selalu menemukan banyak hal, memang traveling itu asyik

    BalasHapus
  5. Ya betul...apalagi kalau ada tujuannya 😀

    BalasHapus
  6. Sempet tour virtual ke Museum Louvre, tapi pas baca postingan ini berasa informasinya lebih nyata ya. Makin pengen bisa sampai ke Paris buat liat langsung.

    BalasHapus
  7. Iya sekarang ada tour virtual. Semoga tercapai harapannya...:)

    BalasHapus
  8. Asli, acara jalan-jalan terniat ini mah, ckckckck…salut dengan persistensi dan kesabarannya saat napak tilas. Meski tahu kalau di film banyak manipulasinya, tapi pas tahu versi aslinya, puas rasanya ya, mbak? Mission accomplished!

    BalasHapus
  9. Hahaha...fans buku DVC ya kelakuannya begini..😅😅 Iya puas banget...

    BalasHapus
  10. Ryan Palembangan7/04/2020

    Mantap Pheb, bisa membawa detil yg pernah baca buku DVC dan pernah ke Paris langsung untuk bedain mana yg asli & yg fiksi, sekaligus info pariwisatanya, Bravo..emg mba ini memang doyan cerita2 sejarah, next nulis ttg istana Versailles dong, inget travelling rame2 lalu dan mba Pheb udh siap infoin kami2 dgn sejarah Versailles waktu itu hehe. Sukses terus yah ngeblognya Pheb. A+

    BalasHapus
  11. Akhirnya aku bisa tenang setelah bayangin latar tempat di novel tersebut. Sumpah kenapa aku nggak pernah kepikiran buat searching bentuk lokasinya pas baca.

    BalasHapus
  12. Moga-moga sekarang sudah dapat gambaran ya :)

    BalasHapus
  13. Akhirnya nemu lagi blog yang wajib saya follow. Suka dengan postingannya mbak. All about paris and france, ini keren.

    Wah, dulu urung untuk membaca novelnya Dan Brown atau pun nonton filmnya karena tak pikir2 pasti berat. Kayanya wajib di masukin reading list ya.

    Seperti lainnya, saya juga mendamba kesana. Semoga bisa napak tilas spot2 diatas kalau dikasih kesempatan :D
    Thanks for sharing mba Pheb..Fantastic post.

    BalasHapus
  14. Haloo mas Rifan,makasih sudah mampir ya....

    Oh menurut saya sama sekali nggak berat kok novel Dan Brown. Eh. Bukan karena saya memang die hard fans-nya. Betulan deh hahaha..

    Sama-sama mas, ya harapannya info ini berguna, amiin semoga suatu saat mas Rifan bisa pergi ke sana dan banyak mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang menarik..

    BalasHapus
  15. Zaen D. Ach2/06/2021

    Waw... ahirnya nemu holy grail. Emh btw sudah me gereja rosline yang di kunjungi shopie di ahir film belum ya? Kasih link dong kalo sudah ada tulisan napak tilas di sana

    BalasHapus
  16. Gereja Rosslyn, maksudnya? Itu di UK bukan di Prancis mas Zaen. Maaf, napak tilas DVC saya
    hanya membahas yang di Prancis, sesuai tema blog. Hehehe..

    BalasHapus

Tiada kesan tanpa pesan, mari tinggalkan jejakmu di sini!^^ (komentar akan di moderasi dulu)