Revolusi Prancis di Tanah Jawa

Juli 12, 2020


Tanggal 14 Juli di Prancis adalah hari nasional atau fête nationale, yaitu Bastille Day, mirip-mirip hari kemerdekaan kitalah. Di tanggal itu penjara di kastil Bastille - salah satu simbol kesewenang-wenangan monarki- diserbu oleh rakyat. Awal dimulainya Revolusi Prancis.

Mungkin kita masih ingat pelajaran sejarah tentang Revolusi Prancis. Sebuah peristiwa dimana rakyat Prancis mengadakan perubahan besar-besaran, menggulingkan rajanya sendiri dan mendirikan pemerintahan baru dengan slogan liberté, égalité, fraternité. Sedikit yang tahu pengaruh Revolusi Prancis itu sangat signifikan bagi undang-undang di negara Indonesia, yaitu KUHP.

Beberapa waktu lalu saya menjanjikan cerita tentang ide Revolusi Prancis yang diterapkan di Jawa oleh salah satu Jendral Napoleon Bonaparte, kali ini sharing cerita itu saja, ya.

Jadi semenjak runtuhnya monarki absolut, pemerintahan baru Prancis awalnya memasuki masa-masa trial dan error yang menggelindingkan banyak kepala cukup banyak (di guillotine). Yang jelas terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan lama (monarki) menjadi republik.

Semangat Revolusi Prancis membuat banyak negara sekitarnya yang masih memakai pemerintahan monarki sudah gerah dan gelisah saja. Sebutlah Inggris, Russia, Prussia, dsb. Rasanya leher semua orang sudah gatal-gatal saja bila ingat bagaimana kejamnya revolusi itu sudah memakan banyak korban jiwa.

Indonesia termasuk yang kecipratan ide Revolusi Prancis. Walaupun penafsirannya sangat berbeda karena lebih bersifat praktis ketimbang idealis. Itu terjadi dibawah pemerintahan Herman Willem Daendels.

Lukisan Daendels oleh Raden Saleh. Sumber : wikipedia.com

Saya membatasi cerita seputar ide Revolusi Prancis dan sentralisasi kekuasaan yang dilakukan Daendels, ya. Karena cukup panjang bila ditambah strategi militernya.

Daendels adalah salah satu kolonel-jenderal Napoleon Bonaparte yang memerintah di Jawa 1808-1811. Belanda (Republik Batavia) dahulu itu masih masuk ke dalam kekaisaran Prancis. Daendels di pilih oleh Louis Napoleon Bonaparte (Raja Belanda saat itu) untuk menjadi Gubernur Jenderal di negara jajahan Hindia Belanda. Prancis sendiri sedang terlibat perang blokade dengan musuh bebuyutannya, Inggris. Jadi bisa dibilang mereka sudah gontok-gontokan satu sama lain di negaranya, sampai akhirnya terbawa-bawa ke koloni-koloni mereka. Salah satunya Hindia Belanda (Indonesia).

Daendels sendiri, setelah main kucing-kucingan dengan armada Inggris, berhasil mendarat di Jawa pada tahun 1808. Walaupun dia terkenal sebagai Jendral Belanda yang sangat setia pada semangat Revolusi Prancis, namun hal itu menjadi sangat kompleks karena harus digabungkan dengan semangat imperialisme alias penjajahan. Dua hal ini jelas sangat bertentangan. Lalu bagaimana dia menjalankannya?

Yang jelas, ketika tiba di Hindia Belanda, tepatnya Batavia, Daendels tidak kesana untuk ganti bendera saja. Ia jelas mengemban tugas yang cukup berat, yaitu memberantas korupsi yang menggerogoti Batavia sekaligus memperkuat militer di tanah Jawa dari kemungkinan invasi tentara Inggris. Namun Inggris, setelah tahu Daendels yang kepercayaan Napoleon tengah memerintah di Jawa, berpikir sekian puluh kali untuk nekad menyerang. Tentara Inggris juga nggak tahu medan di Jawa, bandingkan dengan tentara Belanda yang sudah sampai bau apek disana.

Patung Daendels (tengah) sumber : www.flickr.com by IISG

Ide revolusi Prancis yang masih dibawa ke ranah praktis oleh Daendels adalah reformasi di bidang, hukum, agama dan politik..

Daendels memberlakukan Codex Napoleon, sebuah reformasi hukum pertama di Jawa. Indonesia mewarisi KUHP (Wet Werboek van Strafrecht) dari sini. Sejarahnya hukum ini dibuat demi mencegah perlakuan lalim penguasa, yang dulu dilakukan oleh monarki lama di Prancis yang menekan hak azasi manusia. Dengan diberlakukannya kode ini, hukum adat dan pidana agama yang berlaku di tanah Jawa, digeser.

Fokus selanjutnya Daendels adalah pada lembaga peradilan. Pengadilan tinggi yang awalnya hanya hanya ada dua (sehingga bikin rempong bila ada perkara di daerah), dibuat menjadi banyak pengadilan sampai tingkat kabupaten.

Dan untuk pertama kalinya ada kebebasan beragama sepenuhnya diakui, tapi tujuannya tentu saja bukan karena masalah idealisme Revolusi Prancis saja, lebih ke maksud politis.

Kemudian dilakukan pengurangan kekuasaan para raja-raja di Jawa dengan mencampuri penunjukan siapa yang menjadi pangeran, termasuk tradisinya (hantaran penduduk kepada Sultan). Pemerintah Belanda yang akan menentukan siapa yang berhak duduk di kursi kekuasaan. Biasanya mereka yang mau diajak bekerja sama.

Lapangan Banteng tempo doeloe (gambar : wikipedia.com)

Para pemimpin agama dan pangeran ini akan menjadi pegawai negeri dengan gaji yang menggiurkan. Cara ini sebetulnya mirip administrasi militer yang memberlakukan kepangkatan. Hal yang dipercayai efektif untuk memberantas cikal bakal korupsi.

Ini adalah penerapan model birokrasi ala Napoleon Bonaparte, yaitu pangkat militer pada birokrasi pemerintahan sipil. Prefek dan bupati diperlakukan setara dengan jabatan Sultan atau Sunan, tetapi mereka bertanggung jawab kepada Gubernur Jendral. Setiap pekerja pemerintah itu memiliki pangkat militer. Bupati setingkat mayor, tumenggung setingkat kolonel, ngabehi setingkat kapten. Sentralisasi kekuasaan yang mempermudah pengawasan adalah ciri kekuasaan Daendels.

Tentu saja, reaksi para raja dan bangsawan Jawa, sama setali tiga uang dengan reaksi raja dan bangsawan di Eropa ketika menghadapi Revolusi Prancis. Mereka jelas sangat tidak suka bila dikurangi kendali kekuasaannya atas rakyat wilayah mereka, walaupun dapat iming-iming mendapat gaji lumayan gede. Yang menjadi korban "Revolusi Prancis" ala-ala Daendels di Jawa ini antara lain Sultan Banten (diasingkan) dan Sultan Mataram (diganti). Dan banyak lagi. Tetapi ada juga pangeran dan raden yang akhirnya mengabdi pada pemerintah Belanda.

Istana Putih (Het Witte Huis) yang dibangun untuk Daendels jaman dulu (sumber : wikipedia.com)

Meskipun keras terhadap praktek korupsi dan terpengaruhi ide Revolusi Prancis, seperti halnya para maharaja yang terlanjur nyaman duduk di kursi singgasana, Daendels tidak imun terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Kenyataannya, ia menjual tanah peristirahatannya sendiri di Bogor (yang kini dikenal sebagai Istana Bogor) kepada pemerintah dengan harga tinggi. Ia juga melakukan praktek tanam paksa pohon kopi (padahal perintah ideal dari Louis Napoleon adalah menghapuskan sistem tanam paksa).

Mengenai tanam paksa, yang jadi penyelewengan ide Revolusi Prancis, akibat masalah ekonomi di Batavia yang lumayan parah. Sehingga untuk memperbaikinya, Daendels memerintah dengan tangan besi dan kejam. Jangan lupakan juga nasib 10.000 korban jiwa berjatuhan akibat pembuatan jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1000 km yang dikenal dengan Jalan Raya Pos (De Grote Postweg).

Rute Anyer Panarukan. Sumber : wikipedia.com

Pemerintahan Daendels sebetulnya amat singkat, terhenti sebelum semuanya berjalan sempurna. Karena membutuhkan Jendral yang cakap untuk melakukan invasi ke Rusia, Napoleon menarik Daendels kembali ke Eropa. Dia digantikan oleh Jan Willem Janssens. Penggantinya itu tidak bisa mempertahankan kejayaan yang sudah dibangun Daendels, hingga akhirnya takluk oleh serangan Inggris.

Istana yang dibangun Daendels pada masa kini. Sumber : wikipedia.com

Warisan fisik Daendels yang masih bisa kita lihat secara dekat adalah Gedung Kementerian Keuangan/ Gedung AA Maramis di Lapangan Banteng. Dulu bernama Istana Putih (Het Witte Huis) atau Rumah Besar (Groote Huis), yang dibangun seperti miniatur dari Château de Versailles (walau menurut saya sebetulnya lebih mirip Palais de l'Élysée ). Dan yaa...banyak cerita-cerita hantunya disana hahaha...

Demikian sebersit kisah bagaimana kita untuk pertama kalinya kecipratan ide Revolusi Prancis di masa penjajahan Belanda. Walaupun pada prakteknya memang jauh dari arti yang sebenarnya.

Bagaimana menurutmu?

Gambar fitur : wikipedia

You Might Also Like

25 comments

  1. Hastira7/15/2020

    makasih sharingnya

    BalasHapus
  2. Sama-sama, mbak Hastira.

    BalasHapus
  3. Menarik sekali, Mba. Berarti praktik korupsi dari dulu sudah ada ya? Sampai Daendels disuruh Napoleon memberantas korupsi di Batavia.

    Peninggalan berupa gedung2 atau apa pun sebagai bentuk bukti sejarah, masih dirawat dengan baik ya. Meskipun nggak semua seperti itu ya, Mba.

    BalasHapus
  4. Ya begitulah, mbak Pipit.

    Praktek korupsi mungkin sudah berjalan setua usia manusia hehehe....Beberapa masih terawat baik, yang lain terbengkalai...

    BalasHapus
  5. Menarik mba :). Aku selalu suka baca ttg sejarah seperti ini. Menarik aja bisa tahu cerita tentang penjajahan di zaman dulu.

    Eh tapi tentang penanaman paksa tanaman kopi, aku jd inget buku yg ditulis Douwes Dekker (nama penany: Multatuli) judulnya max havelaar.. dia ada menyinggung ttg kesewenangan Belanda ttg tanam paksa kopi ini . Sampe2 mengirim suratnya ke raja Willem :) . Tapi sepertinya pada saat buku diterbitkan , Daendels udah ga di Batavia sih.

    BalasHapus
  6. Wah, apa yang kak Pipit pikirkan juga sama denganku! Ternyata praktik korupsi ini udah ada dari jaman dahulu ya.

    Dan untuk gedung putih peninggalan Belanda, aku baru tahu nih! Nampak depannya masih sama ya seperti jaman dulu, masih kokoh juga. Untungnya dirawat oleh pemerintah jadi masih bisa melihat jejak peninggalan sejarah.

    Seru juga baca artikel seperti ini, menambah pengetahuan di bidang sejarah tapi tidak membosankan karena tulisan kakak yang enak dibaca hihihi.

    BalasHapus
  7. Hi mbak Fanny makasih sudah mampir.
    Iya sudah beda masa Daendels dan Douwes Dekker. Daendels udah ga ada lagi di dunia di era Multatuli

    BalasHapus
  8. baru tahu kalo belanda dulunya msh masuk wilayah kekuasaan kaisar prancis, eh tapi bknnya mereka punya raja sendiri

    BalasHapus
  9. Nah itu dia, mbak Rahma. Rajanya sudah dicopot oleh Napoleon diganti sama adeknya Louis Bonaparte

    BalasHapus
  10. Sempet kaget dulu pas masuk SMA terus kalau kita pernah dijajah Perancis juga, padahal udah dijejelin materi dari SD kalau kita dijajah Belanda 350 tahun, Spanyol, Portugis, Inggris sama Jepang aja. Habis gitu langsung ngulik sejarah dunia biar nggak berasa hidup di dalam kotak.
    Kayanya praktik KKN emang sudah mendarah daging di sini, mungkin malah lebih kental pas masa kerajaan-kerajaan.

    BalasHapus
  11. Halo mbak Rere. Disetiap lumbung padi berlimpah pasti akan ada tikus-tikus yang menggerogoti...
    Tinggal gimana sebuah pemerintahan mengawasi nya. Hampir ada cerita di setiap negara termasuk Indonesia, kerajaan-kerajaan paling kuat akhirnya hancur dari dalam karena banyak yang berebutan harta dan kekuasaan.

    BalasHapus
  12. Setiap mendengar atau membaca Herman Willem Daendels ingatan saya langsung tertuju pada jalan Anyer-Panarukan. Di titik nol KM kota Bandung kini terdapat patung wajah Daendels.

    Saya juga membayangkan kemahiran strategi militer Dandels untuk menghadang invasi Inggris di Hindia Belanda. Andai ia tak keburu cabut mungkin akan lain.

    Oh iya saya mau tanya donk, di Perancis ada nama jalan yang diambil dari tokoh negara lain kah?
    Semisal nama Sukarno yang dijadikan nama jalan di Mesir.

    BalasHapus
  13. Ya, ceritanya bakal lain mas Rulfhi. Tapi Belanda dibawah Daendels lebih kejam dari Inggris di bawah Raffles. Siapa yang menghapus sistem tanam paksa, menghapuskan perdagangan budak, dan membebaskan penanaman tanah?

    Lepas dari statusnya, Raffles membawa perubahan nasib yang lebih baik bagi rakyat ketimbang Daendels. . Sumbangan keilmuannya juga lebih banyak.

    Sayang Napoleon kalah sehingga Belanda kembali berkuasa.

    Soal nama jalan. Ada, dong. Bahkan banyak, mereka punya sejarah sendiri-sendiri. Raja Inggris: Avenue George V. Presiden-presiden Amerika : Rue Washington (AS), Rue Lincoln, Avenue du Président WIlson, Avenue Franklin D-Roosevelt, Avenue du Président Kennedy, dsb.

    BalasHapus
  14. Prancis ini banyak sekali peninggalannya. termasuk di Jerman, beberapa bangunan pada era Raja Friedrich Yang Agung juga banyak meniru arsitektur Prancis.

    saya sendiri belum pernah ke Prancis. mungkin suatu saat nanti, setelah pandemi..

    BalasHapus
  15. Ya mas Zam, Jerman-Prancis di jaman itu walaupun secara alaminya bermusuhan tapi saling mempengaruhi. Napoleon sendiri mengakui dia pengagum Friedrich II

    Semoga bisa visit setelah pandemi ya..

    BalasHapus
  16. Banyak orang indonesia yang tidak tahu bahwa Indonesia pernah jadi koloni negara perancis. Hingga pada akhirnya inggris menyerang indonesia untuk merebut indonesia dari perancis.

    Peperangan tersebut terjadi hingga di daerah kota semarang. Kebetulan perbukitan tersebut tidak jauh dari rumahku. Tapi tidak banyak yang mengetahui bahwa di perbukitan itu pernah terjadi perang antara perancis dan inggris. Selain itu, beberapa bangunan bersejarah ketika perang itu terjadi masih berdiri hingga saat ini. Seperti Wisma Perdamaian yang menjadi tempat singgah Janssen ketika tiba di semarang. Kemudian ada benteng fort willem II yang jadi tempat pertahanan Janssen ketika dikejar pasukan inggris.

    terima kasih untuk sharingnya kak :)

    BalasHapus
  17. Halo mas Rivai, benar sedikit orang yang tahu...
    Wah, letaknya tidak jauh dari rumah ya, menarik banget kalau tahu! Untung bangunan bersejarahnya masih berdiri sampai sekarang, ya. Belum pernah mengunjungi, sih. Kapan-kapan ingin visit kesana.
    Sama-sama, mas Rival...terima kasih informasi dan kunjungannya

    BalasHapus
  18. Waaah wah mbaa, aku baru menemukan blog mba dari page Blogger perempuan dan ternyata mbak udh sering bahas tentang Perancis ya? Aku selalu interest sama topik tentang sejarah, apalagi ini bahasannya berkaitan sama Revolusi Perancis yg baru2 ini aku baca2 jg gara2 nonton film berlatar era Revolusi Perancis. Really an interesting topic! Kayaknya aku bakal sering maen kesini inimah😍 ehehe.

    Untuk pembahasan di atas sendiri, aku udh lupa dengan cerita atau materi tentang Daendels sebab udh lama jg gak belajar sejarah secara langsung di sekolah, kecuali kenyataan bahwa dia ini menerapkan sistem tanam paksa di Indonesia, dan menumbangkan 10rb korban jiwa dalam proses pembuatan jalan Anyer Panarukan😢. Tapi untuk KUHP yg ternyata kecipratan ide revolusi Perancin ini jujur aku baru tau lho mba, tak kira murni KUHP itu warisan dari Belanda tanpa dipengaruhi bangsa lain. Ternyata usut punya usut, yaa mungkin memang pada masa itu beberapa negara di Eropa ada yg saling bermusuhan, ada juga yg saling bekerjasama ya mbak🤔

    BalasHapus
  19. Di semarang terdapat kawasan Kota Lama (kota tua-nya semarang) yang menjadi pusat kegiatan warga belanda. Bangunan-bangunan peninggalan zaman kolonial di kawasan ini masih terawat dengan desain arsitektur gaya eropa-nya. Beberapa bangunan sedang dan telah direnovasi. Salah satunya gereja blenduk. Bangunan tertua yang ada di kota lama. Setiap bangunan memiliki ceritanya masing-masing.

    Pada zaman kolonial, semarang menjadin alah satu kota penting di pulau jawa. Kota semarang juga merupakan kota pertama di indonesia yang memiliki jalur kereta api. Kantor perusahaan kereta api pertama di Indonesia juga masih berdiri kokoh, meskipun usianya sudah lebih dari 100th.. yaitu gedung lawang sewu

    BalasHapus
  20. Mantap
    Lengkap benar isi artikelnya

    BalasHapus
  21. Luar biasa ya Semarang, posisinya dahulu memang cukup strategis, tidak heran banyak sekali peninggalan bersejarah disana.
    Puas benar kalau bisa napak tilas sejarah kolonial disanal, ya mas Rivai. Terima kasih sharingnya.
    Ini menarik banget.

    BalasHapus
  22. Halo mbak Aina, asyik ketemu yang suka juga...hihihi
    Kalau diingat-ingat jaman sekolah dulu Daendels itu memang dikenal dengan pencipta tanam paksa dengan korban jiwa banyak. Saya sendiri baru tahu behind the scene-nya setelah baca-baca sendiri. Sebetulnya banyak latar belakang menarik yang berhubungan dengan kondisi di Eropa sana. Ibaratnya kalau kepalanya kena seluruh badan kena...hehehe..
    Iya, KUHP nenek moyang hukumnya dari Prancis, makanya banyak mahasiswa hukum yang dianjurkan belajar dari "mbah"-nya hukum disana. Haha..iya memang rada ruwet negara Eropa dulu kadang temenan kadang gontok-gontokan. Lalu tiba-tiba kompak.

    BalasHapus
  23. wah keren ya blognya. sangat informatif, emang blog kyk gini nih yg keberadaannya harus dipertahankan, memberi informasi yg valuable buat audiens-nya. kalo bikin postingan kyk gini, riset dan nyari datanya lama ga sih?

    BalasHapus
  24. Hai mas Adynura. Lumayan, dari buku sejarah atau beberapa kasus buku terbitan museum, nggak selalu mengandalkan sumber dari internet. Terima kasih kunjungannya.

    BalasHapus

Tiada kesan tanpa pesan, mari tinggalkan jejakmu di sini!^^ (komentar akan di moderasi dulu)